Ummi di Mata Jo


Ummi, menjelang penyembelihan dua ekor kambing pagi itu, kita sepakat nama Joang Dimarga Albarr untuk buah hati kedelapan kita itu.  Marga artinya jalan.  Albarr adalah asmaul husna yang artinya Maha Baik. Berjuang di jalan Sang Maha Baik. Itulah arti lengkap nama yang merupakan untaian doa untuk bungsu kita itu.

Ketika itu kita putar otak untuk mencari ide nama unik. Yang tidak sama dengan nama orang lain. Mengikuti pola nama kakak-kakaknya. Mulai si sulung Bina Izzatu Dini, disusul Raih Salsabila, Ahmad Aufa Bil Jihadi, Gina Aninnas, Dibela Syafaatillah, Siar Risalatunnabi, dan Disayang Ahlu Jannati.

Namanya adalah doa agar si sulung membina kehidupan untuk kemuliaan agama.  Agar si nomor dua meraih salsabila yaitu mata air di surga. Agar si nomor tiga memenuhi panggilan perjuangan di jalan-Nya. Agar si nomor empat kaya dari meminta-minta kepada manusia. Agar si nomor lima dibela oleh syafaat Tuhannya. Agar si nomor enam menyiarkan ajaran nabi. Agar si nomor tujuh menjadi orang yang disayang oleh pemilik surga. Semoga semuanya adalah untaian doa yang terkabul. Aamin.

Ummi, si bungsu itu masih berumur 3 tahun ketika kau tinggal pergi. Tentu saja si Jo belum bisa memahami apa arti kematian. Taunya adaah bahwa ummi pergi naik ambulan. Kebetulan bungsu kita itu sangat suka dengan mobil-mobilan. Ada macam-macam mainan mobil koleksinya. Ambulan adalah salah satunya. Maka, ia hafal betul apa itu ambulan. Dan kebetulan sepanjang sakit sampai meningal memang ummi beberapa kali berangkat dan pulang naik ambulan. Memori itu berbekas sekali bagi Jo.

Ummi, beberapa hari setelah kepergianmu, abi mengajaknya jalan-jalan bermobil sekitar rumah. Di jalan ada ibu-ibu berjilbab besar seperti jilbab yang biasa kau pakai. Jo pun menunjuk-nunjuk ibu itu. “Itu ummi ya?”. Itu kata yang terucap dari bibir mungilnya. Air mata harukupu meleleh lagi.

Jo sedang bereksperimen mencicipi garam himalaya

Tidak terhitung berapa kali Jo menanyakan kapan ummi pulang. Wajar karena sejak sakit ummi beberapa kali pergi naik ambulan dan  pulang kembali ke rumah.  Tentu kecuali ambulan yang kau naiki menuju  pemakaman.  Semula abi selalu menjawab bahwa ummi pergi tidak akan pulang. Belakangan ada ide jawaban bagus dari si sulung. Ummi pergi tidak akan pulang. Kita nanti yang akan menyusul ummi suatu saat. Jawaban itu yang akhirnya aku pakai menjawab pertanyaan tentang kepulangan umi dari si Jo.

Ummi, semalam, hampir genap sebulan kepergianmu, Jo minta abi untuk meneleponkan ummi. Abi tidak menyangka Jo punya permintaan seperti itu. Tapi abi tidak pikir panjang menjawabnya bahwa ummi tidak bisa ditelepon. Itu adalah seperti yang selama ini kau lakukan kepada anak-anak. Tidak pernah menjawab dengan sesuatu yang tidak sesuai fakta. Katakan apa adanya. Tidak menipu anak-anak walau dengan maksud menghiburnya. Walaupun mungkin itu terasa berat. Itulah pelajaran kejujuran yang kau selalu ajarkan ke anak-anak.

Ummi, sepanjang usia Jo sampai kau tinggalkan, praktis hanya dua tahun kau sempat mengasuhnya sebagaimana kakak kakaknya. Sepanjang dua tahun kemanapun kau pergi kau ajaknya. Karena aktivitas sehari-harimu adalah mengajar Al Qur’an dan mengurusi TPQ Qiroaty se kota Surabaya, maka si bungsu itu juga mengikutimu berinteraksi dengan Al Qur’an.   Tahun ketiga kau sudah sakit. Disamping juga karena pandemi sehigga kau praktis hanya di rumah.

Insyaallah, dua tahun itu cukup untuk mewarnai jiwanya. Mulai mendengar adzan dan iqomat yang abi kumandangkan begitu ia lahir. Lalu kita hadirkan di dekat dua ekor kambing yang abi sembelih sendiri pada hari ketujuh hidupnya. Sebagaimana kakakak-kakaknya, kita pastikan buah hati kita merasakan dari dekat makna pengorbanan sejak dini. Lalu selalu mengikutimu mengajar dan mengurusi pengajaran Al Qur’an dari masjid ke masjid.  Lalu terus abi ajak sholat jamaah ke masjid sebelum pandemi. Lalu ikut menikmati lantunan adzan dan iqomat lima waktu yang abi kumandangkan sebelu sholat jamaah di rumah semasa pandemi.  Insyaallah harapanmu agar Jo menjadi anak sholeh akan terwujud. Menjadi anak yang terus mendoakanmu sepanjang hayatnya. Tentu juga mendoakanku juga. Aamin.

Ummi, obituari yang abi tulis ini pun juga punya maksud pendidikan bagi Jo. Harapan abi, kelak ketika Jo sudah faham arti kematian. Ketika Jo sudah bisa membaca. Ketika Jo sudah dewasa. Seri obituari untukmu yang insyallah akan diterbitkan menjadi buku ini akan membantunya mengenalmu. Mengenal ibunya yang pejuang Al Qur’an. Mengenalmu sebagai sosok ibu sempurna bagi anak-anakmu. Mengenalmu yang mengakhiri hidup dengan menyebut nama Tuhanmu. Dengan wajah berseri-seri. Pada hari Jumat yang merupakan penanda husnul khotimah. Allahumarhamha.

Diskusi lebih lanjut? Gabung Grup Telegram  atau Grup WA SNF Consulting

Baca juga:
Obituari pertama: Pendidikan terbaik berbagai bangsa
Obituari kedua: Pekerjaan tak terkenal sang Insinyur

Obituari ketiga: Pernikahan, pertengkaran dan sepiring berdua kita
Obituari keempat: Kau, aku dan masjid
Obituari kelima: Sahabatmu sahabatku, sahabatku sahabatmu
Obituari keenam: Caramu memandirikan anak-anak kita
Obituari ketujuh: Sederhana dan percaya diri adalah kamu
Obituari kedelapan: Kau, aku dan adikku
Obituari kesembilan: Istriku editorku
Obituari kesepuluh: Musim durian tahun lalu

*)Artikel ke-309 karya Iman Supriyono ini ditulis di rumahnya pada tanggal 23 Januari 2021. Tulisan ini merupakan obituari kesebelas untuk almarhumah R.A. Anni Muttamimah, istri penulis, yang meninggal pada hari Jumat tanggal 25 Desember 2020. Ummi adalah panggilan keluarga untuk almarhumah. Abi adalah panggilan keluarga untuk penulis.